Spongebob Berpeci (cerpen)


Spongebob Berpeci

Ira Madanisa Tarigan

Teruntuk putra dan putri kecilku. Andri dan andrea
Ayah mencintai kalian

Tulisan itu menempel diatas kado besar yang rapi tertata diatas meja untuk Anak yang lahir kembar dari seoarng istri pemilik hotel bintang lima dijakarta
Beberapa jam kemudian. Rumah besar itu ramai dihadiri anak-anak dan pesta pun dimulai. Suara musik terdengar sampai dikejauhan. Suara cekikikan tawa anak-anak menjadikan rupiah bagi badut itu. Badut spongbob yang pandai melawak juga ahli sulap ini sengaja disewa karena andri putra kecil sang pengusaha sangat menyukai tokoh spongebob. Makanan dan minuman dipesta itu sangat banyak. Pelayan juga berpencar disana-sini. Bukan hanya badut spongbob saja yang dapat jatah panggung, bahkan artis cilik bernama “Mega” itupun ikut bernyanyi sebagai penghibur. Sungguh elit untuk ukuran pesta ulang tahun anak-anak. Jam berdetak tanpa sekalipun berhenti. Menggeret paksa sang waktu untuk berjalan dan berlalu. Hingga pesta itu sudah sangat dipadati para tamu dari kalangan atas.
***
Seorang gadis kecil dengan pakaian lusuh tiba-tiba hadir dan mendekati badut spongebob yang sibuk mencari cara agar beberapa anak yang mengelilinginya tertawa tulus.
“abah…abah…” gadis kumuh ini menariki baju spongebob itu.
Tidak terima acaranya diusik, andrea, gadis yang berulang tahun itu datang menghampiri si gadis yang tidak masuk dalam daftar tamunya. “hei gembel!! Ngapai kamu disini? Pergi sana!! Kamu kan tidak diundang!!” katanya mengangkat dagu. “ada apa ini?” tanya ibu andrea mendekati anaknya. “ini ma, ada perusuh”jawab andrea menunjuk gadis kecil itu. “maaf buk, ini anak saya” kata badut spongebob memberanikan diri “bawa anak kamu ini keluar dan jangan disuruh masuk lagi”perintah nyonya besar yang ia anggukan petanda patuh.
“dasar gembel!!” suara andrea meneriaki gadis kecil yang memegang erat tangan badut spongbob itu.
***
“Rila kenapa kemari?” tanya abah membuka topeng badut spongbobnya. Wajahnya berkeringat banyak dan tergurat rasa lelah yang sangat disana. “emak sakit, Rila takut sendiri dirumah, abah. Emak batuknya gak berhenti. Rila kasian tapi juga takut” kata anak ini polos mengingat emaknya kerap kali batuk dan mengeluarkan darah.
“iya, kamu pulang duluan ya!! Sebentar lagi abah nyusul. Kalau abah pulang sekarang, kita tidak akan dapat uang untuk bayar obat emak”jawab abah menenangkan anak gadis satu-satunya. Abah mengusap air mata yang jatuh dipipi Rila sebelum mengecupnya sayang.
***
Bayangan gadis kecil yang kumuh itu menjauh pergi meninggalkan abah yang tetap manatapinya dari tempat mereka berbincang. Bayangan itu mengecil hingga akhirnya sama sekali tak terlihat.
“hai spongebob!!” rasa lega menyelimuti hati abah karena telah memakai topeng badut nya. Jika tidak, ia akan dimarahi nyonya karena ia dibayar untuk tetap memakai baju badut ini tanpa boleh dilihat terbuka oleh andri anak lelakinya. “iya tuan!” jawab badut spongbob berdiri. “aku mencarimu dari tadi, kata teman-teman kamu mengantar gadis lusuh tadi ya!!” Tanya andri antusias “iya tuan” jawab abah. Mereka berjalan pelan memasuki komplek rumah lokasi pesta. “kamu muslim atau bukan sih spongbob?”tanya andri menatapinya. “alhamdulillah saya muslim seperti tuan” jawabnya dengan tawa khas spongebob “sudahlah jangan begitu, biasa saja. Aku tahu kalau kamu pasti bukan spongebob asli karena di tv aku lihat spongbob merayakan natal bukan idul fitri” katanya tersenyum “tuan sungguh pintar, seperti bukan murid kelas 3 sd saja” puji abah melipat tangan kebelakang. “ayah bilang aku harus pintar jika ingin kaya dan bahagia” “wah….tuan pasti bisa jadi kaya dan bahagia” jawab abah menepuk bahunya. “tidak, aku tak ingin seperti ayah” katanya menunduk lalu berlari mendahului masuk kedalam rumah.
Badut spongbob ini langsung dipanggil para anak-anak untuk segera beraksi kembali.
***
Ingatan itu tak akan hilang di memory kepala bocah ini. Andri pernah melihat orang yang ia sebut papa berjalan santai dengan seorang wanita yang bukan mamanya dengan memegang pinggul wanita tersebut. Kali kedua ia melihat wanita itu mencium pipi papanya disebuah cafe pizza. Entah kebetulan atau tidak, hanya andri saja yang tahu mngenai perselingkuhan papanya. Tidak mama apalagi andrea saudara perempuannya.
Meski umur andri masih 10 tahun. Ia sudah banyak tahu tentang permasalahan orang dewasa. Dulu ia sangat kagum dengan sosok papa di hidupnya, selain memiliki wibawa yang tinggi dan memiliki uang banyak, sang papa juga sangat perhatian dengan keluarga. Sampai ia tahu jika itu semuanya adalah kemunafikan
***
“hai!!” tegur andri kepada gadis kecil di sebuah warung kecil. Sangat kecil.
“abah!!”jerit gadis itu keras. Andri terdiam agak gugup. “ada apa rila!!” kata abah tergesa-gesa ke teras gubuknya. “tuan andri” kata abah mendekati andri. “wah…kenapa tuan sampai kemari? Bukankah ini sudah maghrib. Nanti mama tuan khawatir” jelas abah terkejut. “mama dan kak andrea pergi liburan ke eropa sampai minggu depan” kata andri melirik rila yang bersembunyi dibalik baju abahnya. “aduh rila, jangan begitu kalau ada tamu. Ini tuan andri adiknya non andrea. Kamu jangan takut, tuan andri gak galak kok” kata abah menarik rila kedepan. “oh…kamu pernah dimarahi kakak ku ya?” tanya andri tersenyum. Rila mengangguk. “maafin kakak ku ya, dia memang agak galak tapi sebenarnya dia itu baik loh” kata andri duduk disamping abah. Rila mengangguk lagi. “tuan kok bisa kemari?” tanya abah. Andri sejenak terdiam. “tuan kesepian?” kata abah menepuk bahunya. Kini andri juga mengangguk. Semenjak abah dipecat dari rumahnya tahun lalu. Andri merasa sangat kesepian. Abah sudah enam tahun bekerja sebagi supir pribadi keluarganya. Dengan berat hati ia harus dipecat karena alasan yang tak masuk akal. Yang jelas papa andri tak terima jika andri sering menuntut papanya agar bisa jadi imam shalat seperti abah. Andri ingin sekali bisa melihat papanya seperti abah. Pujian-pujian polos yang keluar dari mulut andri membuat papanya geram hingga keterlambatan abah pada hari itu menjadi alasan jitu sang tuan pengusaha memecat supirnya. Dan kini abah bekerja sebagai badut panggilan. Papa tidak ingin menjadi seperti abah.
“nama kakak, andri ya!” tanya rila membuka toples permen. Andri menaikkan alis,isyarat iya. “nih untuk kakak” kata rila menyodorkan 3 buah permen. Andri menerimanya. “kakak sedih ya?” tanya rila mendekati andri “iya” jawab andri pendek “rila juga. Emak sakit dan abah setiap hari capek” jelas rila polos “capek kenapa?”tanya andri serius “capek jadi badut. Rila kasihan lihat abah makanya rila jaga warung biar emak cepat sembuh. kalau pulang sekolah rila lari-lari agar lekas sampai dirumah” kata rila menatap awan. Andri terpaku melihat wajah rila bercerita. Tak ada yang sempurna dihidup ini pikirnya. Rila beruntung memiliki abah yang selalu setia mengurusi istrinya dan tulus memeras keringat demi menafkahi keluarganya tapi jeratan kemiskinan juga ternyata sangatlah kejam. “Kamu mau ini?” andri menawarkan celengen spongbob yang baru saja ia beli di supermarket. Label dan harganya saja mesih melekat di celengan keramik itu. Padahal andri juga sangat menyukainya, tapi ia iba melihat rila terus melirik celengan yang dari tadi ia pegang. “mau!!”kata rila meraih celengan itu dengan mata berkaca-kaca “kamu senang kartun spongebob ya?!”tanya andri “gak ah, rila sukanya sama badut spongebob”kata rila memegangi erat celengan barunya “kok gitu?”tanya andri “ia….karena badut spongebob pake peci”jawab Rila “oh..ya!!” andri heran “ya..iyalah…badut spongebobnya kan abah rila. Abah rila lebih lucu dari spongbob di tivi loh kak, spongbob di tivi kan gak pernah sholat. Tapi kalau spongebob dirumah rila rajin sholat” kata rila menunjuk abah yang datang dengan satu gelas teh hangat. “abah jadi badut spongebob?”tanya andri terkejut. Abah mengiyakan. Abah juga minta maaf karena tak menjelaskan bahwa sebenarnya ialah yang menjadi badut di pesta ulang tahunnya waktu itu. Mama andri berniat baik karena megabulkan permintaan abah menjadi badut di pesta itu asal tidak ketahuan andri agar papa andri juga tak mengetahuinya.
Andri paham dan kini ia juga mengikuti jejak gadis kecil yang membuat harinya sangat senang. Ia juga beralih dari kartun menjadi badut yang sama-sama bernama spongebob.
***
Kejadian tadi sore membuat andri enggan pulang kerumah, ingin rasanya ia menumpahkan segala kegundahan dihatinya kepada abah. Tapi ia malu. Alamat abah yang ia dapat dari supir tetangganya membawa andri sampai ketempat ini. Tapi tak usah diceritakan pikirnya. Ia sudah cukup terhibur mendengar guyonan sikecil rila. Entah karena ia tak punya adik atau apa. Yang jelas ia senang bercengkrama dengan gadis kecil itu. Membuatnya tak menyesal menolak ajakan mamanya liburan ke eropa. Ia tetap ingin di indonesia memantau papanya dari jauh.
“sial” katanya ketika ranting rapuh itu membuat sosoknya ketahuan mengintip dari balik jendela. Papanya berlari keluar namun andri secepatnya pergi dengan air mata. masih membayang dibenaknya, bibir biadap itu hampir menyentuh bibir papanya. tadi sore di kantor papa. Andri terus berlari menuju alamat yang ada di tangannya. Ia tak peduli lagi dengan supir pribadi yang dibayar papanya. Ia terus berlari hingga sampai disini.
“dah azan tuh kak, ambil wudhu yuk!” kata rila menarik tangan andri. Ada sepercik rasa kesejukan yang sudah lama ia rindukan. Dulu abah sering menyuruhnya sholat dibelakang sebagai makmum, ketika masih menjadi supir keluarganya. Bahkan terkadang andrea ikut sholat. Tak mau kalah dengan adiknya. Sedang mama dan papanya sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.
Rasa bahagia itu terus terselip membekas dibenaknya. Ketika seusai sholat tadi, Rila mengecup tangan andri. Itu kali pertama ia merasa sangat dihormati dan dianggap sebagai kakak. Hingga saat ini. Ia masih merasa haru bercampur bahagia memegangi tangannya didalam Taxi. menuju rumah. Jika tidak didesak abah, Ia tak akan pernah mau pulang.
***
“dari mana saja dek?” andri terkejut ketika membuka pintu kamarnya, papa duduk ditepi kasur miliknya. Andri diam tak menanggapi. Baju bola itu ia ganti tanpa mengeluarkan sepatah katapun. “maafkan papa” laki-laki itu menunduk dan meneteskan air mata. “andri ngantuk pa!” kata andri merebahkan badannya diatas kasur. “sampai kapan kamu mendiamkan papa begini?” tanya nya pelan. Andri tetap diam membelakangi papanya. Air mata andri menetes tak terbendung. Hingga isakannya terdengar juga. Lelaki itu menoleh dibalik punggung andri namun tak berani menyentuhnya walau sentuhan itu sudah sangat ia rindukan. Sebulan lamanya. Ketika ia berpura-pura pergi keluar kota demi pekerjaan.
***

Hari-hari terus berlalu hingga mama dan adiknya pulang dari liburan. Andri tetap diam tak memberitahukan apa yang ia tahu tentang papa nya. Ia tak ingin menyendiri lagi dalam keterpurukan jika akhirnya masalah ini membuat papa dan mamanya bercerai. Senyum manja mama dipelukan papa cukup membuat andri nyaman.
Belakangan papanya sering berada dirumah. Terakhir kali ia melihat perempuan selingkuhan papanya itu berjalan dengan laki-laki lain sambil menggendong anak. Mungkin ada baiknya menceritakan hal ini pada papa pikir andri berulang kali tapi ia mengurungkan niatnya karena andri memberanikan diri untuk percaya kepada papa yang berjanji akan berubah. Hal itu dimulai dari ajakan papa sholat berjamaah bersama abah. Ya….. abah diterima kembali di keluarga pengusaha kaya ini.
***

Hari berkejaran dengan bulan lalu disambut meriah oleh tahun hingga entah sudah berapa jenis kelender yang terbuang di negri kincir angin ini. Semusim telah berlalu namun tak sudi membawa kerinduan yang sudah sangat menumpuk di hati. Berat rasanya menahan segala rasa didalam dada. Dan aku ingin segera kembali ke negriku indonesia.

Air mata bening itu selalu terniang di ingatan andri. Menghapus air matanya dan memeluk hangat tubuhnya adalah keinginan yang tak boleh ia capai saat itu. Ia tak punya alasan kuat untuk melakukannya. Disaat ibunda rila meninggal, andri juga merasakan duka cita yang sangat mendalam. Tapi ia tak bisa berbuat banyak karena tuntutan keluarga yang mengharuskannya menerima beasiswa ke jepang. Andri tak bisa menolak permintaan keluarganya. Meski andri tahu akan jauh dari sisi gadis yang disukainya sejak pertama kali bertemu. Dialah Rila.
“bulan depan aku akan pulang” kata andri menggenggam sebuah telepon genggam
“oh…ya!! Kau akan memberikanku sovenir spongebob?” katanya lagi tertawa
“ia…adik manis, kakak seneng dengan niatmu memberikan hadiah tapi kakak dah lama gak suka kartun spongebob” andri duduk dan membuka laci meja belajarnya
“aku suka spongebob, sangat menyukai tokoh spongebob. Hanya saja aku menyukai spongebob berpeci. Bahkan aku ingin ia menjadi bagian dari keluargaku. Aku ingin ia menjadi ayah mertuaku” katanya kini dengan senyuman tulus. Memegang tiga permen yang ia frame dengan cantik. Permen penawar kesepian dan kerinduannya pada gadis itu. Gadis yang lebih muda 3 tahun darinya. Gadis yang menjadi alasannya tak bisa tidur malam tadi. Mungkin inikah yang disebut cinta.
Cinta yang semoga saja menjadi ikatan terang. Seterang sinar yang jatuh diatas celengan spongbob keramik milik rila. Masih sama seperti dulu. Hanya saja spongbob itu telah dipakaikan peci kecil buatannya sendiri.
Kini ia menunggu janji andri tentang spongebob berpeci.

Ira madan 21 januari 2008

By penasantri2

puis-PUISI kps


lingkaran-lingkaran sempurna
oleh ImaGiner AGus Ehsan

garis-garis merah aku temukan pada langit sebelum maghrib
hingga menghilang tertutup selimut bumi..
aku temukan dia bersama ratusan ikat tongkat nelayan
nampak sempurna wajah ciptaan-Nya…

COMPORT
oleh ImaGiner AGus Ehsan

aku dengar-dengar Sang pagi sedang asyik mengembun

aku dengar embun itu sedang asyik bermandi cahaya

aku dengar cahaya pagi itu sedang menyulam kabut

aku dengar-dengar kabut ini membuat dingin.

tapi aku merasa hangat..

aku merasa nyaman..

bisa SELALU bersamanya!!

Rinduku Padanya_
oleh Iinuri Pamugi Solihah

ingin rasanya aku bersua dengannya,,,
Parasnya yang menurut orang begitu tampan,,
candanya yang mnurut orang begitu membahagiakan,,
Tutur katanya yang menurut orang bgitu mnyejukan,,
Akhlaknya yang menurut orang begitu lembut dan tak pernah menyakiti,,

Aku jatuh cinta saat mendengarnya,,,
Dan aku meyakini dengan apa yang orang-orang bicarakan,,
Kembali ku cari tahu tentangnya,,,
Apa yg akan orang bilang lagi tentangnya???

Baik_

Soleh_

Lembut_

Itu jawaban orang-orang_
Memang tak ada cela yang terdapat pada dirinya,,,

Wahai engkau yang dikagumi semua orang,,

By penasantri2

Cerpen MIni


genggaman terakhir___
oleh Iinuri Pamugi Solihah
Aku duduk di beranda rumah,,,sebentar ku tengadahkan wajahku “hmm,,,matahari seperti enggan muncul” Batinku “hhh” aku menghela nafas dan menyeruput teh manis di depanku yang baru saja ku buat.

Pikiranku kembali pada satu tahun silam dimana ibu selalu duduk diberanda rumah ini sekedar menemaniku,mendengar kesahku,dan tertawa bersama saat ada hal lucu yang ibu ceritakan “sruuupttt” kembali ku seruput teh manis yang tinggal tersisa setengahnya,,

sekarang aku hanya bisa duduk sendiri dikursi ini,ibu yang hanya bisa berbaring di tempat tidur tak mungkin lagi bisa duduk menemaniku.ibuku lumpuh,ya!ibuku lumpuh..

ku seruput habis teh manisku dan segera ku langkahkan kakiku ke kamar ibu,,aku duduk disamping tubuhnya yang lemah tak berdaya dan terbaring di ranjang tua peninggalan ayah 6 tahun lalu.

hmm…rambutnya hampir semua memutih,kerutan-kerutan yang terdapat di wajahnya kini tidak hanya ada di dahi,tapi juga di pipi,kerutannya semakin nyata.

“ibu…” panggilku sepelan mungkin,berharap panggilanku tidak mengganggu istirahatnya.

“ibu…” kembali ku panggil namanya dan ku geggam tangannya “aku sayang ibu ” bisikku pelan.

dadaku sakit dan sesak rasanya bila aku melihat ibu tetap tersenyum dan berkata “ibu sehat ko nak,,,ibu ga apa-apa “..padahal ia tidak bisa sedikitpun bergerak,tak terasa air mataku membasahi pipiku,aku menangis,,”huh,,kenapa aku harus menangis?” batinku menolak “benar!kenapa aku menangis?” ke seka air mataku,,
tapi tak bisa,,
air mata ini malah terus berhamburan semakin banyak dan mengalir semakin deras ketika sekelebat ku ingat saat ayahku meninggalkan dan menelantarkan ibu tanpa pamit dan pergi entah kemana,,
sampai sekarang aku tidak tau rimbanya,,,
dimana dia?
tidak ingatkah pada ibu?
tidak tahukah ibu sakit?
ku genggam tangan ibu semakin erat,,
“aku tak ingin kehilangan ibu,,,aku tak ingin sendiri….”ucapku sambil menatap matanya yang masih tertutup.istirahat.

aku merasa hidup sendiri,,
rumah ini sepi tanpa teriakan ibu memanggilku,,
“ibu cepat sembuh y,,,”aku menatap wajah ibu lekat sembari ku coba untuk tersenyum..
tiba-tiba,,,

kurasakan tangan yang ku genggam begitu dingin,
ku lihat lagi wajahnya,
ku lepaskan genggamanku dan ku simpan telunjuku di ujung hidungnya ” semoga masih bernafas “harapku,,tetapi tak kurasakan ada angin menyentuhku dari hidungnya..
ku pegang dadanya ” semoga masih berdetak ” harapku lagi,tapi nihil.itu hanya harapku saja,nyatanya ibu tak lagi bernafas dan jantungnya tak juga berdetak..

pergikah ia?
aku tak percaya,,
air mataku kembali mengalir setelah beberapa menit terhenti,,

” ibu…”
teriakku keras berharap teriakanku akan mengembalikan nyawanya yang diambil,,
tapi harapku tak juga nyata,,

“ibu…”
aku memeluk tubuhnya yang terbujur kaku…

SI HITAM (cerpen pondok pisan)
oleh ImaGiner AGus Ehsan
Beningnya embun menggelantung di ufuk daun rumput yang hijau. Basah dan segar. Seberkas cahaya menembus rongga dadanya. Tersentuh dan berkilau lah embunnya. Demikian sang rumput masihtegar an berwibawa. Ya, tubuhnya masih kuat menahan derita. Tapak-tapak tanah basah membatik diatasnya. Jejak kaki petualang. Begitu sibuk sehingga tak sempat menata ulang.

Pagi yang indah dengan sinar matahari yang cerah.

Setiap pagi sebelum jam delapan, aku pergi ke tanah lapang. Memotong rumput hijau dan memasukannya ke keranjang. Tidak lupa aku membawa si hitam. Dengan lahap si hitam memakan rumput yang basah kuyup. Kambingku suddah besar dan siap di daftarkan. Tapi mungkin tidak untuk tahun ini, si hitam belum kawin. Kasihan.

Setelah lulus sekolah aku ingin kuliah. Tapi kasihan ibu dan bapak. Menyekolahkan aku di sma saja begitu lelah mereka mencari nafkah. Seharusnay aku lebih bersyukur. Dapat menikmati bangku sekolah. Tapi begitu besarnya ke inginanku meraih cita-citaku. Begitu yakinnya aku!

Dengan keranjang bamboo di punggungku, bakalan habis rumput oleh kambingku. Tapi kali ini si hitam ikut. Jadi aku ada teman menyabit rumput.
Si hitam begitu gemuk. Si hitam tak perlu merenung mau jadi apa kelaj dia jadi dewasa. Si hitam tetap si hitam. Meski pu tambah umur tetap saja si hitam.

Aku tak mau jadi si hitam. Aku mau hidup ku berguna. Aku ingin masa depan. Aku tak mau jadi gelandangan. Kelak kalau si hitam telah besar dan beranak pinak, si hitam dan keluarganya akan menjadi harapanku. Akan ku jual untuk biayai kuliahku.
Tapi kalu si hitam mati, ah mending jangan berfikiran sampai di situ..lebih baik kurawat si hitam sebagi investasi pribadi,.

Matahari sudah dating bersama kicaun burung ketilang. Matahari sudah datang begitupun si hitam sudah kenyang.

Aku pamitan pada matahari, pada rumput, pada embun, pada jejak kaki yang bercak merah, tak lupa aku pamitan pada burung yang bersahabat dengan si hitam.
“ayo, hitam kita pulang!!”

By penasantri2