Puisi-Puisi Maftuhah Saadah
Suara Anak Negeri
Tinggal di gubuk mungil
Beratap serotong
Beralas kardus kosong
Aku, kamu, dan kita
Sebaya
Di tengah kota
Matahari bersinar cerah
Merah putih pakaian mereka
Menenteng buku sembari senyum merekah
Dihantar mobil mewah
Abu-abu lusuh kaos kita
Terkoyak, kumuh, bau pula
Menating gelas plastik bekas aqua
Bernyanyi ria di tikungan lampu merah
Kami anak jalanan, katanya
Yang setiap hari memungut nasi di tong sampah
Kami anak terlantar, katanya
Yang ditinggal dan diabaikan orang tua
Biarpun anak jalanan,
Tapi kami tetaplah anak negeri
Yang ‘kan setia pada sang bendera pusaka
Dan mengibarkannya di tiang sanubari
Walaupun anak terlantar,
Namun kami tetaplah generasi bangsa
Yang punya mimpi dan cita-cita
Tapi,
Bagaimana kita menggapainya?
Jika mimpi itu setinggi langit
Bagai pungguk merindukan bulan
Surabaya, 21 April 2013
11:20 WIB
****
Rintihan Ibu
Sendiri dalam hari
Bertemankan sepi nan sunyi
Berteduh di gubuk jerami
di seberang sungai
mata seakan buta
telinga seakan tuli
raga makin lemah
jiwa mulai gundah
mentari tak secerah pagi
langit tak seceria tangah hari
pun dengan usiaku kini
ia sudah senja temaram
sesaat lagi malam ‘kan tiba
mengubah alam jadi gelap nan suram
aku yang renta meronta,
sakit di tubuh kian menggerogoti hidup
aku yang renta merintih,
“Nak, tak inginkah kau melihatku di saat-saat senjaku ini?”
Mojokerto, 19 Desember 2012